Laman

Reciprocal Teaching dalam Pembelajaran Matematika

Sebelum saya mencoba memaparkan tentang pembelajaran resiprokal dalam matematika, bila ingin melakukan penelitian menggunakan strategi ini,
maka perlu dipertimbangkan bahwa “goals” penelitiannya tidak boleh jauh-jauh dari karakteristik utama pembelajaran ini. Mudahnya begini, pembelajaran ini lahir dari bidang kajian bahasa, untuk meningkatkan kualitas kemampuan membaca siswa. Nah, jika ingin menerapkannya dalam pembelajaran matematika, semestinya jangan terlalu jauh dari karakteristik dasar strategi ini. Namun demikian, tidak menafikkan bahwa strategi inipun dapat diperluas untuk mengembangkan berbagai kompetensi lain. Perlu diingat bahwa penyelesaian masalah atau problem solving itu, dapat dilihat dari dua sudut pandang, yang pertama sebagai sebuah cara/proses sedangkan yang kedua sebagai kemampuan. 
Bila Strategi ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah siswa, harus dapat menyakinkan orang bahwa memang terdapat kaitan antara strategi ini dengan kemampuan penyelesaian masalah, misalnya dengan merujuk pada hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Dalam jawaban ini, saya berasumsi bahwa problem solving yang dipakai dalam mengimplementasikan pembelajaran resiprokal ini adalah problem solving sebagai sebuah cara.
Berikut saya mencoba memberi contoh sederhana penerapannya dalam pembelajaran matematika;

a. Klarifikasi
Setelah bahan teks bacaan diberikan, ini dapat berupa teks mengenai konsep yang ingin diajarkan sekaligus berisi soal yang harus diselesaikan. Pada contoh ini, misalnya teks mengenai lingkaran. Sesuai dengan teorinya pada tahap ini, Siswa diminta untuk mencerna makna dari kata-kata atau kalimat-kalimat yang tidak familier. Maka dibuat pertanyaan apakah mereka mengerti arti kata atau konsep baru dalam teks tersebut, misalnya,
“Jadi apa yang dimaksud dengan lingkaran dalam teks ini?”
“Apa yang dimaksud dengan diameter, jari-jari?”
Karena dalam matematika suatu konsep yang diwakili oleh satu kata dapat memiliki pengertian yang cukup luas, ini berkaitan dengan definisi, sehingga pada tahap klarifikasi ini harus dicek apakah semua konsep baru dalam topik lingkaran sudah dipahami pengertiannya oleh siswa melalui dialog.
Bila dipadukan dengan pendekatan problem solving maka pada tahap ini dapat diberikan sekaligus permasalahannya misal:
“Dari titik P di luar lingkaran ditarik garis PA dan PB menyinggung lingkaran masing-masing di A dan B. dari titik Q di busur besar (atau busur kecil) AB, ditarik garis yang tegak lurus AB, PA, dan PB. Buktikan bahwa panjang garis yang tegak lurus ke AB adalah rata-rata geometri panjang dua garis tegak lurus lainnya”.
Pada langkah pertama ini perlu dicek apakah siswa sudah memahami kata-kata, kalimat-kalimat atau konsep-konsep dalam soal tersebut.
b. Prediksi
Pada tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas gabungan informasi yang sudah dimilikinya. Dari uraian tersebut, jelas diketahui bahwa pada tahap ini diharapkan terjadi koneksi antara konsep yang baru dipelajarinya dengan yang sudah dimilikinya.
Misalnya, konsep lingkaran dengan konsep garis atau sudut. Contoh pertanyaannya,
“Menurutmu apakah lingkaran memiliki sudut?”
“Dapatkah kau melukis garis yang tegak lurus dengan diameter?”
“Bagaimana menghitung luas lingkaran?”
“Bila kita menggambar lingkaran B dengan diameter ½ dari lingkaran A, apakah dapat disimpulkan luas lingkaran B adalah ½ dari luas lingkaran A?”
Berkaitan dengan soal yang diberikan pada tahap prediksi dapat diajukan pertanyaan berikut:
“Konsep apa saja yang kau butuhkan untuk menyelesaikan soal tersebut?”
“Kira-kira langkah apa yang pertama kali harus dilakukan?”

c. Bertanya
Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevalusi sejauhmana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri, teknik ini seperti sebuah proses metakognitif. Dari uraian tersebut jelas bahwa pada tahap ini siswa bertanya pada dirinya sendiri untuk melakukan crosscheck tentang apa yang sudah diperolehnya dari proses belajar dan apa yang belum dikuasainya dari keseluruhan konsep yang diajarkan oleh gurunya.
Jadi guru mengajarkan siswa untuk bertanya pada dirinya sendiri. Contoh pertanyaannya sebagai beikut:
“Apakah saya sudah memahami definisi lingkaran?”
“Dari semua definisi yang diberikan, adakah definisi yang belum saya fahami?”
“Apakah saya sudah bisa melukis sebuah lingkaran?”
“Langkah apa saja yang harus saya lakukan untuk melukis garis singgung lingkaran?”
“Konsep apa yang paling mudah dan paling sulit dipahami dari topic lingkaran ini?”
Sedangkan berkaitan dengan penyelesaian soal di atas, dapat diajukan pertanyaan sebagai berikut:
“Apakah saya sudah faham langkah-langkah menyelesaikan soal tersebut?”
“Apakah jawaban saya ini sudah benar?”
“Apakah langkah-langkah yang saya lakukan ini sudah tepat?”
“Adakah cara lain untuk menyelesaikan soal tersebut?”

d. Membuat Rangkuman
Untuk tahap ini, tentu sudah jelas sekali yang paling sederhana adalah meminta siswa untuk membuat ikhtisar dari proses pembelajaran yang berlangsung beserta hasilnya menggunakan bahasa sendiri.
“Konsep baru apa saja yang kita pelajari dalam topik lingkaran ini?”
“Dapatkah saya menjelaskan konsep-konsep tersebut dengan bahasa saya sendiri?”
“Dapatkah saya menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan konsep ini?”
Berkaitan dengan soal yang diberikan, dapat diminta siswa untuk menuliskan jawaban yang lengkap beserta langkah-langkah yang dilakukan kemudian mereka minta untuk menjelaskannya.
Perlu diingat bahwa pembelajaran ini berbasis dialog dan keempat proses tersebut berlangsung dalam kelompok-kelompok kecil.
Saya sendiri lebih cenderung menganjurkan penggunaan pembelajaran resiprokal ini untuk meningkatkan kemampuan membaca dan memahami konsep-konsep yang diajarkan pada Aljabar Abstrak atau Analisis Real dalam pembelajaran matematika. Karena berdasar karakteristik kedua kajian tersebut, pendekatan ini sangat sesuai untuk memahami definisi-definisi yang banyak terdapat dalam kedua bidang tersebut. Berdasar pengalaman saya selama ini, banyak kawan-kawan yang kesulitan membaca teks Alajabar Abstrak dan Analisis Real bahkan dalam Bahasa Indonesia sekalipun.
Ok,.. itulah sekilas contoh tentang pembelajaran resiprokal dalam pembelajaran matematika. semoga bermanfaat.

sumber terkait :

http://en.wikipedia.org/wiki/Reciprocal_teaching
http://www.newton.k12.ks.us/Dist/curr/bp/lit/reciprocal_teaching.htm
http://www.ncrel.org/sdrs/areas/issues/students/atrisk/at6lk38.htm
http://ind.sps.upi.edu/?p=167
http://www.ingentaconnect.com/content/routledg/urwl/2004/00000020/00000002/art00009
http://www.beyond-the-book.com/strategies/strategies_052808.html
http://projects.coe.uga.edu/epltt/index.php?title=Reciprocal_Teaching

Share to

Facebook Google+ Twitter Digg